Catatan untuk berbagi

Senin, 30 Maret 2015

Berbagi ditengah Kemiskinan sang Ibu Tua

Saat itu kira-kira jam sepuluhan pagi, saat saya dan karyawan lain dikantor tempat saya bekerja, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seorang ibu tua dengan pakaian muslimah yang sangat sederhana namun rapi,  beliau  mengetuk ruang kerja saya dan sebagai mana standar penerimaan tamu saya pun menanyakan tujuan dan maksud kedatangan ibu tua tadi.

Dengan lantang beliau membeberkan maksud dan tujuan mendatangi lembaga tempat kami bekerja, yang memang saat itu lembaga kami menangani anak kaum dhuafa dari seluruh indonesia dengan program beasiswa full. Dalam penjelasannya beliau sangat menginginkan anaknya yang saat itu akan masuk tingkat smp bisa mendapat beasiswa disekolah kami.  Saya pun memberi penjelasan tentang persyaratan yang harus dipenuhi calon siswa yang diterima dengan beasiswa penuh. Diantara persyaratannya adalah dhuafa bu, jawab saya sambil menekankan bahwa yang tidak dhuafa tidaklah akan diterima.

Karena secara kasat mata ibu tua itu tidak terlihat seperti orang yang dhuafa pikir saya, ditengan-tengah saya menjelaskan syarat masuk sekolah beasiswa di sekolah kami, secara spontan ibu tadi memotong membicaraan saya, "maaf pa saya potong penjelasannya" saya ingin menjelaskan dulu bahwa saya mungkin bukan temasuk orang yang berkecukupan pak. "Maaf memang ibu dan suami sekarang bekerja dimana bu..", saya coba menanyakan dengan penuh selidik. Beliaupun menjawab dengan sigap, saya sekarang kerja sebagai marbot masjid pak.., kalau ditanya gaji sekitar 300ribu an sebulan, dan suami sekarang sedang sakit sudah hampir dua tahun hanya bisa berbaring dan tidak bekerja pak.

Oo begitu kondisinya bu, mohon maaf, saya sangat prihatin dengan keadaan ibu. Kalau putra ada berapa orang bu, tambah saya dengan lebih memberi perhatian, beliaupun menjelaskan bahwa putri saya ada tujuh orang pak..., yang kandung tiga orang dan yang yatim piatu empat orang. Maksud ibu, tiga kandung dan empat yatim apa bu...? saya agak binggung dengan jawabannya, beliau lanjut menjelaskan begini pak anak kandung saya ada tiga orang dan yang empat orang anak adalah anak yatim piatu.

Subhaallah, jadi ibu juga merawat anak yatim empat orang bu?? saya bertanya dengan spontan sekaligus takjub dan seakan tidak percaya kalau seorang ibu yang kondisi ekonomi yang sangat minim yang ditambah suaminya juga sakit parah, tapi masih bermurah hati untuk merawat anak yatim,  itupun tidak satu anak tapi empat anak sekaligus. Semoga Allah memberkahi upaya ibu ini dalam menghidupi anak-anak yatim, doa ini spontan keluar dari hati saya. 

Tidak terasa dialog sudah berlangsung hampir satu jam dan sebelum pembicaraan kami sudahi beliau sempat melemparkan pertanyaan yang cukup menguras energi untuk menjawabnya. "Kalau bapak bersedia tidak untuk mengasuh satu atau beberapa anak yatim piatu pak....?" karena sering sekali saya juga menerima tawaran mengurus anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari rumah saya.

Setelah pertanyaan ini dilontarkan saya terdiam sejenak dan terbayang hitung-hitungan kalau harus mengurus satu orang anak yatim piatu, dari masalah makan, tempat tidur dan lain-lain, apa saya mampu ya... itulah pertanyaan yang bergejolak di fikiran.  Bu, bukan saya tidak mau mengurus anak yatim piatu, tapi keadaan saya belum stabil bu, selain dua orang anak saya masih perlu biaya sekolah, rumah saya juga kecil bu cuma type 21, cuma satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Jadi belum sanggup bu....

Pak saya juga mungkin sama keadaannya dengan bapak, bahkan mungkin jauh lebih buruk keadaan ekonomi dari keadaan bapak, seperti yang tadi saya jelaskan, tapi kita harus yakin pak kalau Dzat yang memiliki kehidupan kita akan membantu, apalagi kita berbagi anak yatim piatu, pasti Allah tidak akan membiarkan kita dalam kekurangan, Allah maha kaya, hanya terkadang manusia tidak yakin.

Mungkin saya termasuk orang yang sering mengalami kekurangan pak, namun setiap saya berusaha menyandarkan segala urusan hanya kepada Allah, maka semua kekurangan atau kesulitan langsung mendapat jalan dariNya. Seperti baru-baru ini juga saya alami pak, tepatnya tiga hari yang lalu, saya sedang mengalami kekurangan, dimana saat saya baru saja melihat persediaan makan dan susu anak-anak tidak ada sama sekali dan saya juga tidak tahu untuk makan besok dapat  darimana, langsung pada malam hari saya sholat sunnah dan meminta kepada Allah. Yang sering membuat saya semakin yakin akan pertolonganNya yaitu dipagi harinya ada saja kiriman dari mukhlisin yang terkadang saya tidak kenal. Ini bukan sekali atau dua kali saja, tapi setiap saya membutuhkan sesuatu dan minta kepadaNya langsung di beri jawaban.

Mendengar penjelasan ibu tua itu, saya tidak bisa berkata apapun, saya hanya diam dan merasa sangat takjub melihat sang ibu tua yang begitu kuat kebersamaannya dengan Allah, sehingga sedikitpun beliau tidak merasa takut miskin atau rugi selama untuk menghidupi anak-anak yatim bahkan beliau yakin dengan janji Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam,  

Aku (Muhammad SAW) dan pengasuh anak yatim kelak disurga seperti dua jari ini (Rasulullah SAW menunjuk jari telunjuk danjari tengah dan merapatkan keduanya)”. (HR Bukhari)

Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang didalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlkukan dengan huruk”. (HR Ibnu Majah)

Dari kisah tadi semoga dapat kita ambil pelajaran. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengamalkan apa yang disampaikan oleh Rosulullah. Aamiin.


Ditulis oleh Sriyono


0 komentar:

Posting Komentar